Kita bertemu lagi disini membahas dunia perbukuan yang tampaknya tidak pernah habis. Dan setelah beberapa postingan Aku menggunakan bahasa inggris, tulisan ini Aku persembahkan dalam Bahasa Indonesia.
Setelah beberapa kali nggak tahu ingin menulis apa karena masih banyak hal yang tidak aku ketahui. Aku memutuskan untuk kembali menulis soal buku, simply because it’s something that really close to me.
Aku sering ditanya kenapa suka membaca buku. Jawabannya sederhana aja sih. Buku adalah sumber segala jawaban dari segala pertanyaan. I often questioning life and books give me more than just answers, but whole explanation and experience. Kalau ada yang bilang, kan belajar bisa dari apa aja selain buku. Memang benar, tidak salah juga. Tetapi kita nggak akan menemukan penjelasan sebaik buku, karena buku akan memberikan lebih dari sekedar jawaban. Melainkan wawasan dan pengetahuan –yang mungkin selama ini nggak kita tahu sama sekali. Bahkan buku juga sanggup memutar balik cara berpikir kita, mengubah perilaku dan bahkan kebiasaan.
Buatku buku adalah dasar fundamental untuk tetap waras menjalani hidup. Membantu kita berjalan, berlari, atau bahkan berhenti sejenak untuk menikmatinya. Buku akan memberikan alasan mengapa kita harus melakukan A daripada B. Bagaimana hal itu menjadi penting dan apa dampak yang bisa kita dapatkan. Satu hal paling krusial juga, menurutku hanya buku yang membantu kita menjadi lebih bijaksana.
Itulah kenapa ayat yang Rasulullah terima dari Allah SWT pertama kali adalah: bacalah. Tidak ada satupun hal di dunia ini selain ilmu pengetahuan dan wawasan yang akan membantumu menjadi bijaksana. Bukan soal membaca buku Tuhan (Al-Quran) saja. Tapi baca juga buku dari manusia yang berilmu.
Berdasarkan pengalamanku dan boleh lihat orang hebat siapa saja diluar sana. Mereka pasti setidaknya pernah merekomendasikan beberapa buku untuk dibaca. Atau lihat rumahnya, maka lemari penuh buku akan menjadi salah satu pemandangan yang wajib ditemui. Lemari buku Mbak Nana, rekomendasi buku Pak Nadiem. Atau mungkin beberapa tokoh publik yang terekspos menenteng buku. Hakikatnya semua orang setidak-tidaknya pernah membaca buku, semalas apapun, sekolah pasti memaksa kita kan?
Books will give you more than you ask when you buy them. I promise! And I always say it everytime people ask.
Aku memiliki pengalaman pribadi yang bisa menjadi alasan mengapa buku mampu merubah kebiasaanku. Semua berawal saat tahun 2015 akhir, ketika pusat perbelanjaan terbesar di kotaku mengadakan bazar buku dan festival anime.
Aku dan teman-temanku memutuskan berpisah dan aku memilih berada di rak self improvement. Saat itu sedang ramai biografi Bill Gates dan Steve Jobs. Aku sudah sempat memegang buku mereka, tapi hatiku rasanya tidak pas. Jadi, sambil menenteng buku-buku itu aku berjalan menuju rak lain sampai keluar jalur self improvement. Lama berkeliling dan tak kunjung menemukan apa yang aku cari sampai temanku selesai dan menunggu di pintu masuk dengan kesal, aku masih belum menemukan apa yang hatiku butuhkan. Mereka memanggil namaku, aku melambai sambil memberi kode untuk menunggu. Karena sudah terburu, aku memutuskan berjalan menuju kasir. Saat itulah momen itu terjadi.
Aku melihat buku berwarna biru cerah dengan potret laki-laki berdiri menghadap ke langit sambil merentangkan tangan. Buku itu memiliki bungkus plastik gradasi kilau pelangi. Karya Indra K. Dewanto dengan judul Wake Up Call: Bangkitkan Diri Anda dan Raih Segala Potensi yang Anda Miliki.
Inilah buku yang aku cari, pikirku saat itu. Lepas dari antrian panjang. Aku terburu mengembalikan buku yang sudah aku pegang. Sambil sedikit berlari, aku kembali menuju rak tadi. Takut orang mengambil buku itu karena jumlahnya hanya tersisa dua. Satu bungkusnya sudah hilang, satu lagi masih tertata rapi.
That was exactly the moment when I know books will give me any answer that I seek for. Wake Up Call adalah buku pertama yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidupku. Membuat aku lebih semangat dan optimis menjalani hidup dengan cita-cita yang aku pegang. Jujur saat itu aku merasa hidup lagi setelah agak terpuruk. Jadi buku ini memang benar-benar membantuku. Hahahaha.
Buku selanjutnya ada 7 Habits of Highly Effective People by Steven Covey, Soul Travellers by Andre Mokalu, The Story of My Life by Helen Keller, Jakarta Undercover by Moamar Emka, Secrets of Divine Love by A. Helwa dan masih banyak lagi.
Just FYI, 7 Habits of Highly Effective People adalah buku paling yahud kalau ingin merubah kebiasaan dan menjadi lebih produktif. Trust me!
Jadi bagaimana buku bisa mengubah kita?
There is 4 words to explain this: knowledge, mindset, action and behaviour.
-Knowledge-
Dalam satu wawancara dengan Quraish Shihab di kanal YouTube Gita Wirjawan. Aku menemukan satu poin penting yang bisa menyelesaikan permasalahan sumber daya manusia agar menjadi lebih berkualitas, jawabannya membaca. Dalam percakapan itu, Pak Quraish bolak-balik menyebut untuk selalu membaca dan membaca. Bukan cuma membaca buku, tapi membaca hati dan membaca alam. Karena membaca adalah perintah Allah SWT, setiap kali anak-anak atau cucu Pak Quraish berulang tahun atau baru saja menjalani kehidupan baru. Beliau selalu memberikan kado buku untuk anak-anak dan cucu-cucunya. Sesuatu yang menurutku sangat langka dilakukan oleh keluarga kita atau bahkan kita sendiri.
Sebenarnya ini menjadi bukti kalau memang nggak ada yang lebih baik dari buku sebagai sumber pengetahuan. Karena hanya dengan berbekal pengetahuan yang baik, maka pola pikir yang baik juga akan terbentuk.
-Mindset-
Setelah kita mendapatkan dasar pengetahuan yang baik, maka hal selanjutnya yang akan terbentuk adalah pola pikir. Cara berpikir seseorang dengan seorang lainnya bisa saja berbeda. Tetapi hal yang perlu dipahami adalah bagaimana kita bisa bijaksana mengelola pola pikir tersebut. Cara berpikir adalah hal yang akan menentukan bagaimana kita mengambil keputusan, melakukan suatu tindakan serta menjadi dasar pembentuk kebiasaan hidup.
Mindset dibentuk dan dipilih sesuai dengan prinsip dan keyakinan yang kita miliki. Cara berpikir datang dari banyak aspek, seperti agama, budaya, pengalaman dan lingkungan serta pengetahuan. Mari banyak belajar dari aspek-aspek tersebut dan konsumsi hal-hal baik yang bisa dipetik. Kita bisa menganut paham apapun, maka pemahaman itulah yang akan membentuk mindset kita. Misalnya kalau kamu menyukai pemahaman Stoic, maka mindset yang akan terbentuk juga hidup ala Stoic.
-Action-
Karena mindset dibentuk dengan menyerap apa yang kita ketahui dan pelajari. Maka hal selanjutnya yang akan kita lakukan adalah menerapkannya. Begitu terpapar informasi baru, secara tidak langsung hal tersebut akan merubah pola pikir kita, akibatnya akan berdampak pada proses pengambilan keputusan. Bisa kita lihat pada contoh angka pernikahan dan reproduksi yang semakin merosot di berbagai negara. Media informasi dan cerita pengalaman orang banyak mempengaruhi individu muda untuk menunda pernikahan dan memiliki anak.
Artinya hal ini membuktikan sebegitu besarnya pengaruh pengetahuan dan informasi dalam merubah pengambilan keputusan suatu individu. Sehingga hal ini menjadi pendukung bahwa memang membaca buku bisa saja merubah dunia jika memang penerapan edukasinya tepat sasaran.
Aku selalu berpikir bahwa dengan memiliki mindset internasional tanpa melupakan jati diri (dalam berbangsa, bernegara dan beragama) adalah salah satu hal yang bisa merubah banyak aspek, termasuk minat belajar kita. Lagipula antusiasme masyarakat kita dengan dunia pendidikan juga semakin tinggi, terbukti dengan banyaknya delegasi pelajar Indonesia yang bersekolah ke luar negeri. Optimisme ini harus tetap dijaga agar kualitas sumber daya manusia kita bisa berdaya saing global.
-Behaviour-
Terakhir, membentuk kebiasaan. Ketika sudah terpapar pengetahuan, maka pola pikir pun ikut berubah. Hal ini berpengaruh pada bagaimana kita mengambil keputusan. Sehingga nantinya kebiasaan pun akan ikut berubah. Inilah yang menjadi ujung tombak harapan kita sebagai orang yang banyak belajar. Bahwa seseorang yang intelek haruslah lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.
Kebiasaan ini tentu akan membentuk ciri khas dan jati diri seseorang. Keunikan, perilaku, sikap, pandangan dan keseluruhan diri kita akan benar-benar dilihat dari kebiasaan kita sehari-hari. Dan kebiasaan akan menjadi penentu nasib kita di masa depan. Penting untuk diperhatikan, bahwa kebiasaan akan meninggalkan kesan saat berinteraksi dengan seseorang. Mungkin impresi pertama bisa menipu, tetapi setelah kenal lebih jauh kita bisa melihat baik buruknya seseorang dan memutuskan untuk berinteraksi lagi atau tidak. Jadilah perpanjangan tangan yang baik untuk diri sendiri dan orang lain. Semua itu dimulai dari ilmu pengetahuan.
Jadi kalau masih bertanya kenapa membaca buku bisa merubah kita? Kurang lebih ini jawabanku. Tetapi, perlu diingat sekali lagi. Bijaksanalah dalam membaca dan memilih bacaan. Bijaksanalah dalam membeli dan memilih buku bacaan. Bijaksanalah dalam menyerap pengetahuan yang didapat. Bijaksana dalam segala aspek dan pilihan hidup yang diambil.
Tidak semua buku non fiksi itu bagus dan tidak selamanya membaca fiksi itu buang uang dan waktu. Ada banyak buku fiksi yang berbobot dari segi cerita, alur, penokohan dan tema yang diambil dengan memasukan unsur sosial politik, negara, psikologi dan bahkan kisah nyata. Dan tidak sedikit buku non fiksi yang hanya menjual judul dan memanfaatkan media agar kita merasa tertinggal atau merasa butuh buku tersebut.
Beli buku bacaan yang kamu suka dan kamu butuh. Titik! Maka hanya dengan begitu kamu bisa menikmati buku bacaan itu. Boleh jadi jatuh cinta dan malah ketagihan. Yes! Segitu aja sepertinya karena sudah cukup banyak. Stay informed and educated ya bestie!